Saddha

https://suttacentral.net/mn95

...

“Ketika ia telah menyelidikinya dan telah melihat bahwa ia murni dari kondisi-kondisi yang berdasarkan pada delusi, kemudian ia berkeyakinan padanya; dengan penuh keyakinan ia mengunjunginya dan memberikan penghormatan kepadanya; setelah memberikan penghormatan, ia menyimak; ketika ia menyimak, ia mendengar Dhamma; setelah mendengar Dhamma, ia menghafalkannya dan meneliti makna dari ajaran yang telah ia hafalkan; ketika ia meneliti makna maknanya, ia memperoleh penerimaan atas ajaran-ajaran itu melalui perenungan; ketika ia memperoleh penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran itu, kemauan muncul; ketika kemauan muncul, ia mengerahkan tekadnya; setelah mengerahkan tekadnya, ia menyelidiki; setelah menyelidiki, ia berusaha; karena berusaha dengan sungguh-sungguh, ia dengan tubuhnya mencapai kebenaran tertinggi dan melihat dengan menembusnya dengan kebijaksanaan. 


Dengan cara ini, Bhāradvāja, terjadi penemuan kebenaran; dengan cara ini seseorang menemukan kebenaran; dengan cara ini kami menjelaskan penemuan kebenaran. Tetapi masih belum kedatangan akhir pada kebenaran.”


“Dengan cara itu, Guru Gotama, terjadi penemuan kebenaran; dengan cara itu seseorang menemukan kebenaran; dengan cara itu kami mengetahui penemuan kebenaran. Tetapi dengan cara bagaimanakah, Guru Gotama, terjadi kedatangan akhir pada kebenaran? Dengan cara bagaimanakah seseorang akhirnya sampai pada kebenaran? 

Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang kedatangan akhir pada kebenaran.”


“Kedatangan akhir pada kebenaran, Bhāradvāja, terletak pada pengulangan, pengembangan, dan pelatihan hal-hal yang sama itu. Dengan cara inilah, Bhāradvāja, terjadi kedatangan akhir pada kebenaran; dengan cara ini seseorang akhirnya sampai pada kebenaran; dengan cara ini kami menjelaskan kedatangan akhir pada kebenaran.”


“Dengan cara itu, Guru Gotama, terjadi kedatangan akhir pada kebenaran; dengan cara itu seseorang akhirnya sampai pada kebenaran; dengan cara itu kami mengetahui kedatangan akhir pada kebenaran. Tetapi apakah, Guru Gotama, hal yang paling membantu bagi kedatangan akhir pada kebenaran? 

Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi kedatangan akhir pada kebenaran.”


“Usaha adalah yang paling membantu bagi kedatangan akhir pada kebenaran, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak berusaha, maka ia tidak akan pada akhirnya sampai pada kebenaran; tetapi karena ia berusaha, maka ia akhirnya sampai pada kebenaran. Itulah sebabnya mengapa usaha adalah yang paling membantu bagi kedatangan akhir pada kebenaran.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi usaha? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi usaha.”


“Penyelidikan adalah yang paling membantu bagi usaha, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak menyelidiki, maka ia tidak akan berusaha; tetapi karena ia menyelidiki, maka ia berusaha. Itulah sebabnya mengapa penyelidikan adalah yang paling membantu bagi usaha.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi penyelidikan? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi penyelidikan.”


“Pengerahan tekad adalah yang paling membantu bagi penyelidikan, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak mengerahkan tekadnya, maka ia tidak akan menyelidiki; tetapi karena ia mengerahkan tekadnya, maka ia menyelidiki. Itulah sebabnya mengapa pengerahan tekad adalah yang paling membantu bagi penyelidikan.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi pengerahan tekad? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi pengerahan tekad.”


“Kemauan adalah yang paling membantu bagi pengerahan tekad, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak membangkitkan kemauan, maka ia tidak akan mengerahkan tekadnya; tetapi karena ia membangkitkan kemauan, maka ia berusaha. Itulah sebabnya mengapa kemauan adalah yang paling membantu bagi pengerahan tekad.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi kemauan? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi kemauan.”


“Penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran adalah yang paling membantu bagi semangat, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak memperoleh penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran, maka kemauan tidak akan muncul; tetapi karena ia memperoleh penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran, maka kemauan muncul. Itulah sebabnya mengapa penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran adalah yang paling membantu bagi kemauan.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran.”


“Penelitian makna adalah yang paling membantu bagi penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak meneliti makna-maknanya, maka ia tidak akan memperoleh penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran; tetapi karena ia meneliti makna-maknanya, maka ia memperoleh penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran. Itulah sebabnya mengapa penelitian adalah yang paling membantu bagi penerimaan melalui perenungan atas ajaran-ajaran.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi penelitian makna? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi penelitian makna.”


“Penghafalan ajaran-ajaran adalah yang paling membantu bagi penelitian makna, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak menghafalkan ajaran, maka ia tidak akan meneliti maknanya; tetapi karena ia menghafalkan ajaran, maka ia meneliti maknanya.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi penghafalan ajaran-ajaran? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi penghafalan ajaran-ajaran.”


“Mendengarkan Dhamma adalah yang paling membantu bagi penghafalan ajaran-ajaran, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak mendengarkan Dhamma, maka ia tidak akan menghafalkan ajaran-ajaran; tetapi karena ia mendengarkan Dhamma, maka ia menghafalkan ajaran-ajaran. Itulah sebabnya mengapa mendengarkan Dhamma adalah yang paling membantu bagi penghafalan ajaran-ajaran.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu bagi mendengarkan Dhamma? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi mendengarkan Dhamma.”


“Menyimak adalah yang paling membantu bagi mendengarkan Dhamma, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak menyimak, maka ia tidak akan mendengarkan Dhamma; tetapi karena ia menyimak, maka ia mendengarkan Dhamma. Itulah sebabnya mengapa menyimak adalah yang paling membantu bagi mendengarkan Dhamma.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu dalam menyimak? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu dalam menyimak.”


“Memberikan penghormatan adalah yang paling membantu dalam menyimak, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak menghormat, maka ia tidak akan menyimak; tetapi karena ia menghormat, maka ia menyimak. Itulah sebabnya mengapa memberi penghormatan adalah yang paling membantu dalam menyimak.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu dalam memberi penghormatan? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu dalam memberi penghormatan.”


“Mengunjungi adalah yang paling membantu dalam memberi penghormatan, Bhāradvāja. Jika seseorang tidak mengunjungi seorang guru, maka ia tidak akan memberi penghormatan; tetapi karena ia mengunjungi seorang guru, maka ia memberi penghormatan. Itulah sebabnya mengapa mengunjungi adalah yang paling membantu dalam memberi penghormatan.”


“Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu dalam mengunjungi? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu dalam mengunjungi.”


“Keyakinan adalah yang paling membantu dalam mengunjungi, Bhāradvāja. Jika keyakinan pada seorang guru tidak muncul, maka ia tidak akan mengunjunginya; tetapi karena keyakinan pada seorang guru muncul, maka ia mengunjunginya. Itulah sebabnya mengapa keyakinan adalah yang paling membantu dalam mengunjungi.”


“Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang pelestarian kebenaran, dan Guru Gotama menjawab tentang pelestarian kebenaran; kami menyetujui dan menerima jawaban itu, dan karena itu kami merasa puas. Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang penemuan kebenaran, dan Guru Gotama menjawab tentang penemuan kebenaran; kami menyetujui dan menerima jawaban itu, dan karena itu kami merasa puas. Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang kedatangan akhir pada kebenaran, dan Guru Gotama menjawab tentang kedatangan akhir pada kebenaran; kami menyetujui dan menerima jawaban itu, dan karena itu kami merasa puas. Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu bagi kedatangan akhir pada kebenaran, dan Guru Gotama menjawab tentang hal yang paling membantu bagi kedatangan akhir pada kebenaran; kami menyetujui dan menerima jawaban itu, dan karena itu kami merasa puas. Apapun yang kami tanyakan kepada Guru Gotama, Beliau telah menjawab kami; kami menyetujui dan menerima jawaban itu, dan karena itu kami merasa puas. Sebelumnya, Guru Gotama, kami biasanya berpikir: ‘Siapakah para petapa berkepala gundul ini, keturunan rendah dan gelap dari kaki Leluhur, sehingga mereka dapat memahami Dhamma?’ Tetapi Guru Gotama sungguh telah menginspirasiku dalam cinta kasih kepada para petapa, keyakinan pada para petapa, hormat pada para petapa.


“Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama, … seperti MN 91.37 … Mulai hari ini sudilah Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.

https://www.youtube.com/watch?v=lYHO5L3ZGWI...

Sang Buddha, selalu sayang padaku

semalam Sang Buddha  Hadir dalam Mimpiku


tersenyum, Ia lalu datang memberkatiku

ohhh...Betapa Bahagia Hati-ku


https://www.youtube.com/watch?v=b6SWKs43dHE

chord

https://chordify.net/chords/sang-buddha-sayang-padaku-lagu-buddhis-anak-namaste-music-indonesia

instrumen

https://www.youtube.com/watch?v=G2WpsmyXvcU&t=37s


Aṅguttara Nikāya

8.19. Pahārāda

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Verañjā di bawah pohon mimba Naḷeru. Kemudian Pahārāda, penguasa para asura, mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan berdiri di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya:

“Pahārāda, apakah para asura bersenang di samudra raya?”

“Bhante, para asura bersenang di samudra raya.”

“Tetapi, Pahārāda, berapa banyakkah kualitas menakjubkan dan mengagumkan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya?”

“Para asura melihat delapan kualitas menakjubkan dan mengagumkan dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Apakah delapan ini?

(1) “Samudra raya, Bhante, melandai, miring, dan condong secara berangsur-angsur, tidak menurun secara tiba-tiba. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan pertama yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.

(2) “Kemudian, samudra raya stabil dan tidak meluapi perbatasannya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke dua yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …

(3) “Kemudian, samudra raya tidak bergaul dengan bangkai, melainkan dengan cepat membawanya ke pantai dan menyapunya ke daratan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tiga yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …

(4) “Kemudian, ketika sungai-sungai besar—Gangga, Yamunā, Aciravatī, Sarabhū, dan Mahī—mencapai samudra raya, sungai-sungai itu meninggalkan nama dan sebutannya dan hanya disebut sebagai samudra raya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke empat yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …

(5) “Kemudian, arus apa pun di dunia ini yang mengalir masuk ke samudra raya dan berapa pun banyaknya hujan turun dari langit, tidak ada pengurangan atau penambahan yang terlihat di samudra raya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke lima yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …

(6) “Kemudian, samudra raya hanya memiliki satu rasa, rasa asin. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke enam yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …

(7) “Kemudian, samudra raya berisikan banyak materi berharga, seperti mutiara, permata, lapis lazuli, kulit kerang, kuarsa, koral, perak, emas, batu delima, dan batu mata-kucing. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tujuh yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …

(8) “Kemudian, samudra raya adalah tempat kediaman para makhluk besar seperti timi, timiṅgala, timirapiṇgala, asura, nāga, dan gandhabba. Ada di samudra raya makhluk-makhluk dengan tubuh sepanjang seratus yojana, dua ratus, tiga ratus, empat ratus, dan lima ratus yojana. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke delapan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.

“Ini, Bhante, adalah kedelapan kualitas itu yang menakjubkan dan mengagumkan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Tetapi apakah para bhikkhu bersenang dalam Dhamma dan disiplin ini?”

“Pahārāda, para bhikkhu bersenang dalam Dhamma dan disiplin ini.”

“Tetapi, Bhante, berapa banyakkah kualitas menakjubkan dan mengagumkan yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya?”

“Para bhikkhu melihat delapan kualitas menakjubkan dan mengagumkan dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Apakah delapan ini?

(1) “Seperti halnya, Pahārāda, samudra raya yang melaindai, miring, dan condong secara berangsur-angsur, tidak menurun secara tiba-tiba, demikian pula, dalam Dhamma dan disiplin ini penembusan pada pengetahuan akhir terjadi melalui latihan bertahap, aktivitas bertahap, dan praktik bertahap, bukan secara tiba-tiba. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan pertama yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.

(2) “Seperti halnya, samudra raya yang stabil dan tidak meluapi perbatasannya, demikian pula, ketika Aku telah menetapkan aturan latihan untuk para siswaKu, maka mereka tidak akan melanggarnya bahkan demi hidup mereka. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke dua yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …

(3) “Seperti halnya, samudra raya yang tidak bergaul dengan bangkai, melainkan dengan cepat membawanya ke pantai dan menyapunya ke daratan, demikian pula, Saṅgha tidak bergaul dengan orang yang tidak bermoral, berkarakter buruk, tidak murni, berperilaku mencurigakan, tindakan-tindakannya penuh kerahasiaan, bukan seorang petapa walaupun mengaku sebagai seorang petapa, tidak hidup selibat walaupun mengaku selibat, busuk di dalam, jahat, rusak; melainkan, dengan cepat berkumpul dan mengusirnya. Walaupun ia duduk di tengah-tengah Saṅgha para bhikkhu, namun ia jauh dari Saṅgha dan Saṅgha jauh darinya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tiga yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …

(4) “Seperti halnya, ketika sungai-sungai besar … mencapai samudra raya, sungai-sungai itu meninggalkan nama dan sebutannya dan hanya disebut sebagai samudra raya, demikian pula, ketika anggota-anggota dari empat kelompok sosial—khattiya, brahmana, vessa, dan sudda—meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah dalam Dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata, mereka meninggalkan nama dan suku sebelumnya dan hanya disebut sebagai para petapa yang mengikuti putra Sakya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke empat yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …

(5) “Seperti halnya, arus apa pun di dunia ini yang mengalir masuk ke samudra raya dan berapa pun banyaknya hujan turun dari langit, tidak ada pengurangan atau penambahan yang terlihat di samudra raya, demikian pula, bahkan jika banyak bhikkhu yang mencapai nibbāna akhir melalui elemen nibbāna tanpa sisa, tidak ada pengurangan atau penambahan yang terlihat dalam elemen nibbāna. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke lima yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …

(6) “Seperti halnya, samudra raya hanya memiliki satu rasa, rasa asin, demikian pula, Dhamma dan disiplin ini hanya memiliki satu rasa, rasa kebebasan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke enam yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …

(7) “Seperti halnya, samudra raya berisikan banyak materi berharga seperti mutiara … batu mata-kucing, demikian pula, Dhamma dan disiplin ini berisikan banyak materi berharga: empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima indria spiritual, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan sempurna, jalan mulia berunsur delapan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tujuh yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …

(8) “Seperti halnya, samudra raya adalah tempat kediaman para makhluk besar seperti timi … … gandhabba; dan ada di samudra raya makhluk-makhluk dengan tubuh sepanjang seratus yojana … lima ratus yojana, demikian pula dalam Dhamma dan disiplin ini terdapat makhluk-makhluk agung: pemasuk-arus, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah memasuki-arus, yang-kembali-sekali, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah yang-kembali-sekali; yang-tidak-kembali, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah yang-tidak-kembali; Arahant, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah Kearahattaan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke delapan yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.

“Ini, Pahārāda, adalah kedelapan kualitas yang menakjubkan dan mengagumkan itu yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.”





Brahmajālasutta

"mamaṃ vā, bhikkhave, pare vaṇṇaṃ bhāseyyuṃ, dhammassa vā vaṇṇaṃ bhāseyyuṃ, saṅghassa vā vaṇṇaṃ bhāseyyuṃ, tatra ce tumhe assatha ānandino sumanā uppilāvitā tumhaṃ yevassa tena antarāyo."


"Wahai para bhikkhu, semisal pihak-pihak lain memuji-Ku, memuji Dhamma, memuji Saṅgha, kemudian kalian bersenang, terpukau, tersanjung, kalian pun akan menghadap bahaya."


"mamaṃ vā, bhikkhave, pare vaṇṇaṃ bhāseyyuṃ, dhammassa vā vaṇṇaṃ bhāseyyuṃ, saṅghassa vā vaṇṇaṃ bhāseyyuṃ, tatra tumhehi bhūtaṃ bhūtato paṭijānitabbaṃ – ‘itipetaṃ bhūtaṃ, itipetaṃ tacchaṃ, atthi cetaṃ amhesu, saṃvijjati ca panetaṃ amhesū’ti."


"Wahai para bhikkhu, semisal pihak-pihak lain memuji-Ku, memuji Dhamma, memuji Saṅgha, kalian semestinya menunjukkan yang benar sebagai benar, yakni: 'Ini benar, ini sesuai, ada kebenaran itu pada kami, fakta itu ditemukan pada kami."


Organisasi akan unggul bila mampu menciptakan etos kerja profesional bagi SDMnya karena SDM akan bekerja sebaik mungkin bila mereka memiliki etos kerja.

https://www.mettasik.com/peduli-melayani/

Comments

Popular posts from this blog

ZEN

Saddha * Ketidakkekalan dan Keyakinan

正见 * Usaha Benar * Pandangan Benar * 正精进